Jumat, Juni 25, 2010

Vaffanculo Lippi !! Italy v Slovakia (Post-Match)

Vai in culo Lippi !! Satu baris kata yang pantas disematkan kepada Marcello "un bastardo"Lippi setelah gagal membawa Italia melaju ke babak 16 besar Mondiale 2010. Kegagalan tersebut mencoreng sepakbola Italia di mata dunia. Setelah 4 tahun lalu Italia adalah eroi sekarang mereka menjadi zero, dimana mereka sama sekali tidak menunjukkan kelas permainan seorang juara bertahan melainkan tim amatir yang baru sekali tampil di depan publik.

Ibarat mesin diesel, permainan Italia memang benar benar tidak panas pada menit-menit awal pertandingan. Bahkan mereka herus tertinggal dua gol dahulu sebelum mesin-mesin "FERRARI" tersebut benar-benar hidup. Terbukti setelah tertinggal dua gol, Italia mampu menghidupkan harapan "Kekaisaran Romawi"untuk bisa memenangi laga atau minimal imbang sehingga tetap lolos walau tetap tidak bagus juga.

Tapi sayang sekali, setelah gol Natale diciptakan, Kopunek kembali mengubur harapan FIGC untuk melihat Italia lolos ke babak kedua lewat lob nya yang mampu membobol gawang Marchetti. Italia semakin tersengal-sengal menghadapi Slowakia, tim debutan pecahan Ceko tersebut. Tetapi, mungkin karena adanya mental juara yang tertanam kuat di benak pemain Italia, Italia kemudian menipiskan skor menjadi 3-2 lewat tendangan spekulasi Quagliarella.

Namun ternyata usaha itu tetap sia-sia karena Slowakia benar-benar bermain defensif setelah gol kedua Italia itu dan dapat ditebak, hingga laga usai, Skor 3-2 tetap sama dan kemenangan dijatuhkan pada tim kampungan Slowakia. Slovvachia e un predente in 16 !!

Senin, Juni 21, 2010

Italy v New Zealand (Post-Match)

Kembali Italia mengejutkan dunia dengan penampilan "memukau" mereka di laga kedua Piala Dunia 2010 hari Minggu kemarin melawan tim dari Oceania, Selandia Baru. Hadir dengan pemain yang hampir sama saat melawan Paraguay, Italia mendobrak pertahanan Selandia Baru dengan duet striker bertipe finisher, Iaquinta dan Gilardino. Dimotori oleh gelandang muda nan kreatif, Montolivo dan juga ahli tendangan jauh yang akurat, De Rossi, Italia tetap tidak mampu membuka skor.

Justru yang terjadi malah sebaliknya. Bermain dengan punggawa yang kebanyakan berasal dari lokal, Selandia Baru justru menggebrak publik dunia dengan golnya di pertengahan babak pertama lewat sontekan lemah Smeltz yang memanfaatkan pantulan bola tendangan bebas yang mengenai paha Fabio Cannavaro. Kapabilitas Canna pun dipertanyakan sebab ia terlihat tidak mampu membuang bola tendangan bebas Simon Elliot yang akhirnya merugikan timnya.

Setelah gol itu, Selandia Baru tampak lebih bersemangat dan berupaya menambah keunggulan sehingga semakin memalukan Italia sebagai juara bertahan. Namu beruntung Italia mempunyai mental yang kuat sehingga mampu menyamakan kedudukan lewat titik 12 meter lewat sepakan Iaquinta yang mampu mengecoh kiper Mark Paston. Mampu menyamakan kedudukan tidak membuat Italia puas. Mereka harus menang mengingat Paraguay mampu mengalahkan Slowakia dengan skor meyakinkan, 2 - 0.

Tapi sayang seribu sayang, skor 1 - 1 hingga laga bubar dan dengan hasil imbang ini, setiap tim masih punya peluang lolos. Semoga di pertandingan berikutnya melawan Slowakia, Italia mampu meraih 3 poin yang bisa mengantar mereka ke babak selanjutnya. FORZA ITALIA!! SEMPRE PER TE E DIO SOLO CON TE !!!

Selasa, Juni 15, 2010

Italia v Paraguay (Post-Match)

Kecewa. Satu kata yang dirasa cukup tepat dalam menggambarkan permainan Italia. Ditengah-tengah kritikan pedas yang dialamatkan kepada Lippi, publik Italia khususnya dan dunia umumnya sepertinya semakin lama semakin mengendurkan dukungan mereka pada Si Biru mengingat tak satupun kemenangan diraih dalam tiga laga terakhir termasuk melawan Paraguay.

Ya, pada pertandingan kontra Paraguay, Lippi sepertinya sedang mencoba eksperimen terhadap tim yang ia pernah bawa juara dunia tahun 2006 tersebut. Pasalnya, hanya sedikit pemain senior yang bermain. Sebutlah Buffon, Canna, Zambrotta tapi selebihnya hampir tidak ada. Kemudian Gattuso pun tidak dimainkan padahal kekuatan pemain yang berjuluk Rhino ini sangat baik terutama meredam kecepatan pemain Uruguay.

Di menit-menit awal, Italia mencoba bermain agresif, menekan sepanjang waktu dengan berlaga ala Brasil, umpan pendek dengan kolektivitas tinggi. Namun, semua itu hancur kala menyerang Paraguay karena Paraguay bisa dibilang bermain formasi negatif dimana saat menyerang hanya beberapa orang tapi ketika bertahan hampir semua pemain mundur. Italia terlihat putus asa dan malah akhirnya akibat lengah, sebuah sundulan Antolin Alcaraz di menit 39 menciptakan gol pertama bagi Paraguay. Hal ini akhirnya membuat Italia semakin depresi terbukti dengan semakin banyak foul yang mereka ciptakan hingga babak pertama usai.

Kemudian babak kedua pun dimulai dan tensi game semakin tinggi. Berkali-kali Paraguay mencoba memanfaatkan kelengahan Italia di sayap dengan melakukan terobosan ataupun crossing tapi sayang tetap gagal dan memang di saat seperti ini skill berbicara banyak. Kemudia Italia balik menyerang dan akhirnya sebuah peluang didapat Italia di menit 60 an tapi gagal dan dapat diantisipasi Paraguay sehingga menyebabkan corner kick.

Lalu corner kick dieksekusi oleh Simone Pepe dengan tingkat akurasi yang cukup baik dan akhirnya GOLLLLLLLL!!!! Hasil sepak pojok Pepe dimanfaatkan dengan baik oleh De Rossi untuk menyamakan skor di menit 64. Setelah gol ini Italia sangat bersemangat untuk menang, ditunjukkan dengan pergantian Di Natale dengan Gilardino. Sepertinya Italia berharap banyak pada kecepatan Natale untuk menerobos kuatnya formasi negatif Paraguay tapi sayang lagi-lagi Paraguay bermain ultra defensive sehingga menyulitkan Italia mengembangkan permainan dan pada akhirnya saat peluit panjang dibunyikan, skor tetap tidak berubah. Ya, hasil imbang diperoleh Italia v Paraguay. Awal yang buruk bagi juara bertahan.

Senin, Juni 14, 2010

Hachiko, Sebuah Lambang Kesetiaan

Lahir di Jepang 1928 dan mati 1935, Hachiko terlahir sebagai anjing Jepang dengan ras Akita. Hachi berarti delapan dan ko adalah imbuhan nama di Jepang. Hachiko kecil menghabiskan sebagian masa kecilnya di Odate, tempat dimana ia lahir dan dipelihara oleh keluarga bernama Giichi Saito.

Kemudian oleh karena seorang professor di Tokyo menginginkan anjing jenis Akita Inu maka lewat seorang perantara, Hachiko resmi diboyong ke Tokyo melalui kereta dengan waktu perjalanan mencapai 20 jam.

Setibanya di Tokyo, ia disambut hangat professor dan di rumah sang professor, Hachiko juga dipelihara bersama dua anjing lain. Sebenarnya professor sering memelihara anjing jenis Akita tapi sayang semua tidak berumur panjang dan memang ras anjing jenis ini termasuk elite di Jepang.

Kebiasaan harian Hachi, panggilannya, adalah mengantar Professor Ueno ke stasiun kereta dan kemudian sang professor melanjutkan perjalanannya ke Universitas Kekaisaran Tokyo yang kebetulan dia menjabat sebagai dosen ilmu pertanian. Dan jika sore telah memeluk Tokyo maka Hachiko segera menuju stasiun untuk menjemput majikannya itu. Kejadian ini terus berlangsung dan jarang sekali dia absen mengantar atau menjemput professor.

Tapi, suatu hari di tanggal 25 Mei 1925 setelah mengikuti rapat kampus, Professor Ueno meninggal. Sorenya, Hachi menuju stasiun seperti biasa tapi ia tetap tak mendapati wajah majikannya tersebut dan tetap bertahan di tempat dimana ia biasa menunggu professor selama tiga hari tanpa makan. Hachi masih belom mengerti bahwa majikannya itu meninggal dunia.

Kemudian bertahun-tahun lamanya ia berpindah pindah tempat, pernah dititipkan di rumah saudara istri professor dan pernah pula dititipkan di putri angkat professor tapi akhirnya ia menetap di rumah Kobayashi, tukan kebun professor dan memang kebetulan rumah si tukang kebun dekat dengan Stasiun Shibuya, tempat dimana Hachi biasa menunggu majikannya. Bertahun-tahun lamanya Hachi tetap melakukan kebiasaan itu walau tidak membuahkan hasil.

Kemudia cerita unik sampai juga di telinga Hirokici Saito dari Pelestarian Anjing Jepang. Kemudian ia membuat artikel tentang kesetiaan Hachi. Artikelnya menyebar kemana mana sehingga banyak orang menyayanginya sehingga imbuhan ko yang berarti sayang melekat pada Hachi(ko). Teman Saito, Teru Ando yang seorang pematung akhirnya berinisiatif untuk membuat patung Hachiko dan kemudian dimulailan proses pembuatan patung tersebut hingga akhirnya selesai di bulan April 1934 dengan disaksikan 300 orang dan Hachi sendiri.

Pagi 8 Maret 1935, Hachi ditemukan mati di Jembatan Inari dekat Sungai Shibuya. Penyebab kematian Hachi adalah filariasis atau Kaki Gajah. Penghormatan pada Hachiko belum berakhir. Selepas Hachi mati, patung terbarunya didirikan di Stasiun Odate dan juga dimasukkan ke pelajaran moral anak SD kelas 2 dengan judul BALAS BUDI JANGAN DILUPAKAN. Sungguh apa yang dilakukan Hachi menjadi pelajaran berharga bagi manusia sekitar dan masyarakat dunia pada umumnya bahwa kesetiaan tidak terbatas oleh APAPUN.

HACHIKO, SEORANG ANJING MEMBUKTIKAN BAHWA KESETIAAN ADALAH SEGALANYA SEDANGKAN BANYAK MANUSIA YANG DERAJATNYA LEBIH RENDAH KETIMBANG HACHIKO DIKARENAKAN PENGKHIANATAN MEREKA KEPADA ORANG YANG MEMPERCAYAI MEREKA

Kamis, Juni 10, 2010

Longlasting Song

Masih terngiangkah lagu "Smells Like Teen Spirit"di telinga anda? Masih ingatkah anda dengan lirik lagu "Not One Night"? Ya, itu semua adalah produk lama era 80's dan 90's. Tapi siapa yang menyangka bahwa lagu itu masih tetap mengalun di era millenium ini? Siapa yang menyangka bahwa di zaman modern begini lagu itu tetap mendapat tempat di telinga masyarakat? Tapi itulah yang terjadi.

Tepatnya hari ini, 8 Juni 2010, pada saat saya sedang lewat di sebuah pom bensin di bilangan Kuningan, samar-samar saya mendengar sebuah lirik lagu yang amat saya tahu dan saya kagumi. "I'm the one who wants to be with you, Deep inside I hope you feel it too". Ya dan tepat sekali!! Itu adalah lagu dari MR BIG yang berjudul "To Be With You". Lagu yang berasal dari album Lean Into It ini memang sempat merajai tangga lagu selama 16 pekan!! Jadi wajar saja sampai saat ini lagu itu terus menggema.

Kemudian, sehari sebelumnya, di sebuah acara talkshow di tvOne ketika akan break untuk iklan, band yang ada disitu kemudian memainkan sebuah lagu yang amat tidak asing sekali namun memang lagu itu sedikit diaransemen. Kira-kira liriknya "With the lights out, it's less dangerous, here we are now, entertaining us". Ya NIRVANA, itulah dia banda yang membuat lagu itu dengan frontmannya yang amat saya kagumi bernama KURT COBAIN. Saya pun sempat sedikit kaget karena tidak menyangka lagu itu akan dibawakan mengingat lagu itu tidak cocok untuk tema maupun acara tersebut. Tapi memang fakta selalu berbeda dengan teori.

Terakhir waktu di sebuah minimart beberapa bulan yang lalu. Kembali lagu Smells Like Teen Spirit mengalun di toko tersebut. Saya pun juga kaget tapi saya pun juga bangga sebagai anak kelahiran 90 an bahwa banyak anak seperti saya suka PITBULL, SAOSIN, JUSTIN BIEBER but I like oldies inspite of I'm not an old boy, I'm 16 dude but I have a great taste of art and what they did (MR BIG, NIRVANA, SCORPIONS, BON JOVI) in the past were great result of art the world have.

SO STOP LOVING POOR ART, POOR MUSIC BECAUSE IT EXISTS IN A VERY SHORT SHORT TIME AND YOU'LL NEVER REMEMBER IT AGAIN FOR NEXT 2 YEARS !!!

Bookmark