Kemudian oleh karena seorang professor di Tokyo menginginkan anjing jenis Akita Inu maka lewat seorang perantara, Hachiko resmi diboyong ke Tokyo melalui kereta dengan waktu perjalanan mencapai 20 jam.
Setibanya di Tokyo, ia disambut hangat professor dan di rumah sang professor, Hachiko juga dipelihara bersama dua anjing lain. Sebenarnya professor sering memelihara anjing jenis Akita tapi sayang semua tidak berumur panjang dan memang ras anjing jenis ini termasuk elite di Jepang.
Kebiasaan harian Hachi, panggilannya, adalah mengantar Professor Ueno ke stasiun kereta dan kemudian sang professor melanjutkan perjalanannya ke Universitas Kekaisaran Tokyo yang kebetulan dia menjabat sebagai dosen ilmu pertanian. Dan jika sore telah memeluk Tokyo maka Hachiko segera menuju stasiun untuk menjemput majikannya itu. Kejadian ini terus berlangsung dan jarang sekali dia absen mengantar atau menjemput professor.
Tapi, suatu hari di tanggal 25 Mei 1925 setelah mengikuti rapat kampus, Professor Ueno meninggal. Sorenya, Hachi menuju stasiun seperti biasa tapi ia tetap tak mendapati wajah majikannya tersebut dan tetap bertahan di tempat dimana ia biasa menunggu professor selama tiga hari tanpa makan. Hachi masih belom mengerti bahwa majikannya itu meninggal dunia.
Kemudian bertahun-tahun lamanya ia berpindah pindah tempat, pernah dititipkan di rumah saudara istri professor dan pernah pula dititipkan di putri angkat professor tapi akhirnya ia menetap di rumah Kobayashi, tukan kebun professor dan memang kebetulan rumah si tukang kebun dekat dengan Stasiun Shibuya, tempat dimana Hachi biasa menunggu majikannya. Bertahun-tahun lamanya Hachi tetap melakukan kebiasaan itu walau tidak membuahkan hasil.
Kemudia cerita unik sampai juga di telinga Hirokici Saito dari Pelestarian Anjing Jepang. Kemudian ia membuat artikel tentang kesetiaan Hachi. Artikelnya menyebar kemana mana sehingga banyak orang menyayanginya sehingga imbuhan ko yang berarti sayang melekat pada Hachi(ko). Teman Saito, Teru Ando yang seorang pematung akhirnya berinisiatif untuk membuat patung Hachiko dan kemudian dimulailan proses pembuatan patung tersebut hingga akhirnya selesai di bulan April 1934 dengan disaksikan 300 orang dan Hachi sendiri.
Pagi 8 Maret 1935, Hachi ditemukan mati di Jembatan Inari dekat Sungai Shibuya. Penyebab kematian Hachi adalah filariasis atau Kaki Gajah. Penghormatan pada Hachiko belum berakhir. Selepas Hachi mati, patung terbarunya didirikan di Stasiun Odate dan juga dimasukkan ke pelajaran moral anak SD kelas 2 dengan judul BALAS BUDI JANGAN DILUPAKAN. Sungguh apa yang dilakukan Hachi menjadi pelajaran berharga bagi manusia sekitar dan masyarakat dunia pada umumnya bahwa kesetiaan tidak terbatas oleh APAPUN.
HACHIKO, SEORANG ANJING MEMBUKTIKAN BAHWA KESETIAAN ADALAH SEGALANYA SEDANGKAN BANYAK MANUSIA YANG DERAJATNYA LEBIH RENDAH KETIMBANG HACHIKO DIKARENAKAN PENGKHIANATAN MEREKA KEPADA ORANG YANG MEMPERCAYAI MEREKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar