Selasa, Juli 21, 2009

Haram, No Bargaining!!

Jumat, 17 Juli 2009 pukul 7.45, Mega Kuningan dikejutkan oleh suara yang menggelegar. Suara tersebut bersumber dari sebuah hotel mewah di kawasan tersebut. Tidak lama kemudian, Mega Kuningan lagi-lagi dikejutkan oleh suara yang sama persis namun kali ini bersumber dari hotel mewah lainnya yang hanya berjarak 50 meter dari suara pertama.

Ya, itulah JW Marriot dan Ritz Carlton. Dua hotel yang dimiliki seorang pengusaha asal USA ini luluh lantak oleh bom. JW Lounge dan Restoran Airlangga musnah. Tidak terlihat adanya tanda-tanda kemewahan pada hotel ini. Kejadian yang sama juga pernah terjadi pada tahun 2003 dimana saat itu hanya JW Marriot saja yang menjadi korban.

Setelah kejadian tersebut, polisi langsung segera menuju TKP dan melakukan identifikasi. Tercatat 9 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka di Hotel JW Marriot. Sedangkan di Hotel Ritz Carlton, diketahui 2 orang tewas dan lainnya luka-luka. Salah satu diantara korban tewas adalah PresDir PT Holcim Indonesia, Timothy McKay. Beliau sempat dirawat di RS namun gagal diselamatkan oleh pihak medis.

Setelah melakukan penyisiran dan olah TKP, polisi menemukan sebuah bahan peledak di kamar 1808 Hotel JW Marriot dan mereka mengambil kesimpulan bahwa kejadian ini murni terrorisme. Polisi kemudian meminta waktu berbagai pihak untuk menyelesaikan perkara ini secara tuntas lalu baru akan mengumumkan siapa pelaku dibalik peristiwa naas ini.

Berbagai spekulasi muncul ditengah-tengah penyelidikan kasus ini. Tersebutlah nama berinisial N. Kemudian nama itu berkembang menjadi Nur Said alias Nur Hasbi. Siapakah dia?? Dia disebut sebut sebagai salah satu pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriot. Setelah diselidiki polisi, muncul kesimpulan bahwa Nur Hasbi ini pernah mondok di Pesantren Al Mukmin, Ngruki.

Namun setelah dikonfirmasi kepada pihak pesantren, mereka mengatakan memang benar ada seorang yang bernama Nur Said yang pernah mondok di pesantren ini namun tidak pernah ada yang namanya Nur Hasbi, begitulah kira-kira konfirmasi pihak pesantren. Lalu apa yang menjadi motif para tersangka pelaku bom bunuh diri?? Mengapa mereka sampai hati membom orang-orang yang tak berdosa??

Mungkin mereka sedang merayakan keberhasilan mereka tapi apa gunanya?? Maukah mereka yang menjadi korban bom tersebut?? Memang mereka pernah mengatakan bahwa musuh mereka adalah Australia, Inggris, Amerika dan negara Eropa lainnya tapi yang menjadi pertanyaan adalah mengapa mereka melakukan ini semua di Indonesia?? Tempat dimana mereka tinggal dan tumbuh dewasa. Tempat dimana mereka terlahir ke dunia ini.

Lagipula para korban yang tewas dan luka luka pun lebih banyak berdatangan dari Indonesia. Jadi sebenarnya musuh mereka itu kalau boleh disimpulkan adalah Indonesia ini. Australia, Inggris dan Amerika bisa disebut sebagai ajang pengalihan opini publik atau memang mereka juga termasuk musuh tetapi kondisi tidak memungkinkan untuk melakukannya di negara tersebut.

Apakah masuk surga pelaku bom tersebut?? Menurut salah seorang pendiri Ponpes Ash Shoffah Cikeas mengatakan bahwa tindakan tersebut sangat tidak dibenarkan. Salah besar kalau mereka mengira akan masuk surga dengan cara yang mereka bilang "jihad". Begitu dibilang jihad?? Jihad adalah menegakkan agama Allah ketika agama Allah tersebut dalam posisi terancam seperti di Palestina atau di zaman para nabi.

Bukan saat kondisi sedang aman sejahtera tetapi dikarenakan adanya perbedaan yang tak dapat diterima salah satu elemen masyarakat maka mereka menghalalkan segala cara dan melakukan pembenaran untuk memusnahkan kelompok yang berbeda tersebut. Bahkan lebih jauh Rasulullah menegaskan bahwa "BARANGSIAPA YANG MENYAKITI KAFIR DZIMMI MAKA IA MENYAKITIKU DAN BARANGSIAPA YANG MENYAKITIKU MAKA IA MENYAKITI ALLAH".

Lebih baik tenaga mereka untuk membantu umat muslim yang sedang teraniaya di Palestina atau Lebanon atau Kosovo atau Kaukasus. Mereka lebih membutuhkannya dibanding bangsa Indonesia. Indonesia tidak butuh bantuan kaum yang fanatis terhadap agamanya sehingga tidak mau menerima perbedaan dari orang lain. Jikalau mereka tidak mau menerima perbedaan, ada baiknya mereka menerapkannya di medan konflik dimana umat muslim tertindas.

Semoga bagi mereka yang selama ini masih "berjuang" dan merasa "berjihad" untuk kepentingan "Islam" versi mereka agar disadarkan oleh Allah dan mendapat hidayah lalu kembali ke jalan yang telah ditetapkan Allah dan Rasulnya dan memabur kembali bersama masyarakat seperti Abu Ghifari, mantan petinggi Jamah Islamiyah. Let's Fight Against Terrorism and Tell Them We Are Not Afraid. ALLAHUAKBAR!!

Tidak ada komentar:

Bookmark