Kamis, Januari 01, 2009

Ikhlas atau Merekayasa Kesan??

Seorang mahasiswa memberikan ceramah di depan ratusan jamaah masjid di sebuah dusun kecil. Kebanyakan pendengarnya adalah orang yang tingkat pendidikannya sampai SD saja. Dengan bersemangat ia berkata, "Dalam menghadapi era globalisasi, ketika perilaku umat manusia distandardasi, ketika interpendensi diantara berbagai bangsa terjadi, umat Islam harus mampu melakukan antisipasi."

Mahasiswa itu tahu betul bahwa pendengarnya berlatar pendidikan rendah dan sudah pasti tak memahami pembicaraannya. Tapi, memang ia berceramah bukan untuk memberikan informasi yang dapat dipahami tapi ia sedang mengelola kesan bahwa Mas Mahasiswa itu orang pintar. Buktinya? Pembicaraannya tak dipahami.

Erving Goffman dalam bukunya The Presentation of Self in Everyday Life, menyebut perilaku mahasiswa sebagai penyajian diri (Presentation of Self). Itu artinya mahasiswa tadi tidak ikhlas karena Allah namun agar dipuji orang dan perilaku seperti ini termasuk penyakit hati.

Untuk mengelola kesan, selain pembicaraan (dengan bahasa - bahasa yang asing), kita juga menggunakan visual. Anda busungkan dada anda dengan mata yang menatap lurus ke depan sehingga menimbulkan kesan "BOS".

Sambil mengenakan pakaian trendy dan parfum mahal, anda menyerahkan credit card kepada pelayan restoran. Anda sedang menggunakan penampilan untuk mengelola kesan agar orang tahu bahwa nada adalah pengusaha sukses.

Sumber: Membuka Tirai Kegaiban hal 103 oleh Kang Jalal.

Tidak ada komentar:

Bookmark