Rabu, Oktober 15, 2008

Bersama FPI Kita Bisa

Di mana pun, milisi akan muncul ketika negara lemah. Logikanya sederhana, karena masyarakat merasa terancam. Sementara Negara tidak bisa melindungi warga.
Jadi jangan sepelekan milisi. Lihat saja, sejarah Indonesia mencatat negara ini juga dimerdekakan oleh milisi. Terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI) sendiri adalah gabungan dari milisi

Kalau melihat dari namanya, FPI alias Front Pembela Is­lam adalah sebuah nama yang sangat gagah. Kata Front bisa diartikan sebagai terdepan. Ini berati orang-orang yang tergabung dalam FPI, sejak deklarasinya pada 17 Agustus 1998 yang bertepatan dengan tabligh akbar di Pondok Pesantren Al Umm, Kampung Utan, Ciputat, Jakarta Selatan, bertekad menjadi pembela Islam di garis depan.

Alhasil, setiap hari Jum’at para pecandu maksiat harus berhitung bila ingin melakukan aksinya. Setelah itu aksi FPI meluas, hari-hari besar dan bulan suci umat Islam pun para budak nafsu akan ketar-ketir bila akan melakukan kegiatan haram. Kalau tetap membandel, maka pelaku maksiat itu akan berhadapan dengan Front Pembela Islam.

Hitung-hitungannya, dalam setahun ada 98 hari-hari istimewa umat Islam yang sudah dinegosiasikan FPI kepada Pemda DKI untuk tidak diganggu gugat oleh para pelaku durjana itu, “Meski 27,7 persen dari 354 tahun kalender Hijriyah itu sudah lumayan,” kata Ketua FPI, Habib Rizieq Shihab.

Tapi tentu saja tak ada tawar menawar untuk tempat maksiat yang berkedok hiburan semisal diskotik, pub atau karaoke. Jadi untuk perjudian dan pelacuran yang buka secara terang-terangan, prosentase itu tidak berlaku.

Alasan pendirian FPI tidak lain karena keloyoan bahkan ‘kerjasama’ aparatur penegak hukum menghadapi kemaksiatan. Masih ingat kasus Ketapang? Ini adalah kasus dimana nama FPI pertama kali mencuat. Aksinya mencengangkan karena keberaniannya melawan kacung-kacung perjudian.

Sebagai ibukota negara, Jakarta adalah kota di mana kehadiran gerakan seperti ini paling terasa. Jakarta menjadi tempat dimana aksi-aksi besar gerakan tersebut dipusatkan. la juga menjadi saksi dimana aksi-aksi kekerasan itu terjadi.
Habib pun berupaya meyakinkan FPI tidak kebal hukum. Habib membeberkan beberapa komandan lapangannya yang setelah aksi tak luput dari tangkapan polisi. Ada H Tubagus Sidiq yang diperiksa selama sembilan jam, terakhir sebagai tersangka karena perusakan di jalan Jaksa. Tapi dilepaskan karena kurang bukti. Ada lima laskar FPI di Cileungsi di-penjara selama lima bulan. Dan sederet penangkapan lainnya. “Bohong kalau ada berita FPI dibiarkan,” tegasnya. Bahkan Habib Rizieq sendiri pernah mendekam untuk beberapa lama di penjara negara.

Tapi jangan disangka bahwa prestasi yang dicapai FPI tersebut melulu lewat kepalan tangan. Keberhasilan itu, juga diraih dari serangkaian proyek jihad FPI untuk mengegolkan Undang-undang Anti Maksiat di DKI dan di seluruh Indonesia.

Memang FPI banyak menggelar operasi anti maksiat, tapi langkah diplomatis dan intelektual juga menjadi bagian kerja-kerja FPI. Bahkan, FPI selalu mengutamakan dialog terlebih dulu dengan berbagai pihak sebelum beraksi.

FPI juga sering menggelar diskusi serta mengirim delegasi ke lembaga perwakilan rakyat, baik di pusat maupun di daerah-daerah. Mengapa FPI begitu percaya diri mengajak dialog? Tak lain karena Habib Rizieq adalah pemegang gelar sarjana dengan prestasi cumlaude. Dan tesis masternya dipuji karena setaraf dengan disertasi tingkat doktoral di bidah syariat Islam.

Sekjen Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA), Ferry Nur, Kagum dengan Habib Rizieq. “Saya menjadi saksi apa yang dilakukan FPI. Ketika bencana tsunami di Aceh tahun 2004 misalnya, FPI selama enam bulan mengurus jenazah yang bergelimpangan di jalan-jalan dan yang tertimbun oleh puing-puing. Laskar FPI dengan sepenuh hati dan keikhlasan telah meninggalkan anak-istrinya untuk membantu saudara-saudaranya di Aceh,” ungkap Ferry Nur.

Atas dedikasinya, laskar FPI sampai mendapat julukan baru, Laskar Pemburu Mayat. Bayangkan selama berhari-hari mereka berada di tengah-tengah mayat yang membusuk, sulit air, sulit makan, bahkan tidur di tenda dekat makam pahlawan Aceh. “Apa yang dilakukan FPI, harusnya menjadi perhatian kita, FPI adalah organisasi yang sangat dibutuhkan masyarakat, khususnya umat Islam,” jelas Ferry Nur semangat.

Ketika banjir besar menimpa kota Jakarta, terutama di daerah Petamburan dengan ketinggian air sampai dua meter, FPI dengan tanggap membuat posko penanggulangan banjir untuk membantu dan meringankan beban rakyat yang sedang menderita. Ini tidak boleh dilupakan.

“Begitu juga saat terjadi bencana gempa di Yogya, FPI turut serta ke sana untuk memberi bantuan. Kita tidak boleh mengenyampingkan atau melupakan jasa-jasa FPI terhadap umat Islam. Maka, tidak ada alasan untuk membubarkan FPI dari bumi Indonesia, karena FPI telah memberikan manfaat dan perlindungan terhadap umat Islam.

Rizieq dengan FPI juga tidak ingin ketinggalan dalam menanggapi isu internasional. Dalam beberapa kali ceramahnya dia menggencarkan kampanye boikot produk-produk Amerika Serikat. Cara ini menurut Habib dimaksudkan sebagai upaya melawan intervensi Wash­ington ke Indonesia. "Kami melarang khususnya anggota FPI, minum Coca-cola dan memakai semua produk Amerika," kata Habib.

Menurut Habib, Amerika harus dilawan. Sebab dia memang sedang berusaha mencengkeram kukunya di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Memang, nama Front Pembela Islam makin dikenal luas karena aktivitasnya di lapangan politik. FPI disebut-sebut sebagai pasukan milisi bersenjata (pentungan).

Pertanyaannya, mengapa baru sekarang polisi bertindak tegas dengan menangkap para aktivis FPI? Bukankah sejak dideklarasikan empat tahun lalu di Kampung Utan, Ciputat, FPI telah mencanangkan sweeping tempat-tempat hiburan sebagai pro­gram wajib dan rutinnya?

Apa karena belakangan FPI terlalu sering mendemo Kedubes Amerika? Ada juga beralasan, semua ini pemanasan menjelang pemilu 2009. Yang jelas umat Islam kembali menjadi korban, menjadi domba hitam yang diadukan.

Sumber: http://sabili.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=85&Itemid=30

Tidak ada komentar:

Bookmark